Thursday, August 15, 2013

Mengharap Ridho Allah swt

Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). (QS At Taubah : 59)

         Segala puji bagi Allah sesung-guhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,  Maha  Suci  Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. Semoga shalawat dan salam  kepada nabi  Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya

         Perkataan “ridha” sangat melekat pada diri setiap muslim baik dalam  lisan maupun dalam pengamalan. Begitu melekatnya perkataan ridha tidak  dapat  ditinggalkan  dalam   pidato bahkan dalam berbagai  macam naskah tertulis termasuk di dalam surat undangan yang biasa-ya dimulai. Dengan memohon rahmat dan mengharap ridho Allah Swt, kami bermaksud...... 


          Mengharap ridha Allah adalah desah dzikir setiap orang muslim. Ridha Allah  adalah pakaian seorang mukmin yang melekat pada tubuhnya dalam kondisi apapun yang menimpa pada dirinya. Sehingga  Rasulullah Saw pernah  mengajarkan satu doa pendek kepada sahabatnya. Allahumma inni a’uudzubika biridhooka min sakhatik. (Ya Alllah, sesungguhnya aku berlindung kepada Ridha-Mu dari murkaMu).

            Para ulama banyak membahas tentang ridha, apakah masuk katagori sunnah   atau wajib. Syaikhul Islam Ibnu Taimuyah rahimullah mengambil kesimpulan, bahwa hukum pokok ridha kepada taqdir adalah wajib, sebab orang yang tidak punya rasa ridha kepada Allah, agama dan syariat, dan hukum-hukumnya, maka dia sudah jelas dia bukan seorang muslim. Sedangkan kedudukannya yang tinggi adalah sunnah, yaitu termasuk amalan orang–orang didekatkan kepada Allah.

                 Untuk memantapkan diri sekaligus mengharapkan ridha Allah Swt, Rasulullah Saw sangat  menganjurkan untuk berdzikir, di dalam sebuah hadits dari Abu Salmah r.a khadim Nabi saw, marfu’, sesungguhnya ia berkata., “ Rasulullah Saw bersabda,” Barangsiapa membaca pada waktu pagi dan pada sore hari,   Radhitu billahirabba), wa bil islami dina(n) wa Muhammadin nabiyyaw wa rasulaa(n). (Aku ridha Allah sebagai Rab ku, dan Islam sebagai  agama-ku,  dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku) wajiblah Allah meridhai dia (HR Abu Dawud, Turmuzi, Nasai dan al Hakim)

            Zikir ini adalah pernyataan sikap setiap muslim, perlu direnungkan dan diwujudkan. Renungan yang dapat diperpanjang seakan-akan la-utan tidak bertepi dan diwujudkan dalam amal setiap denjut jantung dn setiap hirupan nafas sampai nafas yang terakhir. Mari kita coba merenungan dalam kolom yang singkat  ini.

                 Ridha Allah mengandung arti ridha mencintaiNya semata, ridha menyembahnya semata, takut dan berharap kepadanya, merendahkan diri kepadanya, beriman kepada pengaturan dan menyukainya, bertawakkal dan meminta pertolongan kepadaNya, dan ridha kepada apa yang telah diperbuatnya, maka inilah yang dimaksud dengan ridha kepada Allah. Hal ini sesui dengan firman Allah Swt. “Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, “ (Qs At Taubah :59)

               Ridha dengan Islam sebagai agama artinya apa saja yang di dalam Islam, baik berupa hukum perintah dan larangan, maka sesungguhnya kita meridhainya se-cara kseluruhan, tanpa ada rasa rasa keberatan barang sedikitpun dalam diri kita untuk menerimanya, melainkan kita pasrah mene-rima nya dengan hal tersebut de-ngan lengkap. Kita tetap tegar dengan prinsip ini meskipun harus bertentangan dengan kesenangan pribadi, meskipun sebagian besar manusia menyalahinya, meskipun kita dalam pengembaraan, dan mes-kipun kita banyak musuh karenanya.

                 Ridha kepada nabi Muhammad Saw sebagai nabi artinya kita harus beriman kepadanya, patuh kepadaNya, dan pasrah kepadanya, dan hendaknya beliau Saw harus kita  pentingkan daripada diri anda sendiri. Untuk itu seandainya beliau Saw masih ada, kemudian ada sebuah anak panah yang melesat mengarah padanya, kita wajib melindunginya meskipun mengorbankan nyawa kita sendiri. Kita rela mati membelanya. kita ridha dengan tuntunan dan sunnahnya. Jika ridha kepada sun-nahnya, berarti kita tidak mau me-rujuk kepada siapapun, kecuali hanya kepadanya dan tidak pula meminta keputusan hukum, kecuali hanya kepadanya.

                    Ridha kepada Allah, ridha kepada Islam dan ridha kepada Nabi Muhammad merupakan satu kesatu-an yang utuh. Tidaklah mungkin ridha kepada Allah tetapi tidak berislam dan bernabikan Muhammad seperti laiknya orang Nasrani. Begitu juga ridha dengan Islam tetapi tidak patuh Allah dan mengangkat nabi lain seperti kaum Ahmadiyah. Tidaklah mungkin ridha kepada Rasulullah tetapi masih meragukan perintah dan larangan Allah swt yang termuat di dalam Al Qur’an seperti pemahaman agama dilingkungan Intelektual yang tergabung Jaring-an Islam Liberal.

  Buah Ridha.

 Buah ridha itu cukup banyak  dan yang terpenting adalah :

1.      Ridha, gembira dan senang ke-pada Allah Swt seperti yang di-lakukan oleh nabi Saw bahwa be-liau adalah orang yang paling ri-dha, paling gembira dan paling se-nang dengan Tuhannya.

2.      Ridha akan menyelamatkan se-orang hamba dari kegundahan ke-cemasan, kesedihan, kekacauan hati, tertutupnya mata hati.

3.      Ridha akan membebaskan se-orang hamba dari dari sikap me-nentang Tuhannya dan semua pe-rintah, hukum dan keputusannya.

4.      Ridha sangat berguna sekali bagi seseorang hingga akan mem-buatnya tidak pernah putus asa terhadap keinginan yang luput darinya.

5.      Ridha membuat sesorang tidak pernah meragukan ketetapan Allah, takdir, hukum dan ilmu Nya, se-hingga akan membuatnya pasrah kepada Nya.

6.      Ridha dapat memusatkan dan menjernihkan hati sehingga pela-kunya dapat memanfaatkannya untuk beribadah lebih khusyu’.

Wallahu ‘alam bi shawwab

Sumber : Silsilah Amalan HatiMuhammad bin Shalih Al Munajjid

Perkataan “ridha” sangat melekat pada diri setiap muslim baik dalam  lisan maupun dalam pengamalan. Begitu melekatnya perkataan ridha tidak  dapat  ditinggalkan  dalam   pidato bahkan dalam berbagai  macam naskah tertulis termasuk di dalam surat undangan yang biasa-ya dimulai. Dengan memohon rahmat dan mengharap ridho Allah Swt, kami bermaksud...... 


Mengharap ridha Allah adalah desah dzikir setiap orang muslim. Ridha Allah  adalah pakaian seorang mukmin yang melekat pada tubuhnya dalam kondisi apapun yang menimpa pada dirinya. Sehingga  Rasulullah Saw pernah  mengajarkan satu doa pendek kepada sahabatnya. Allahumma inni a’uudzubika biridhooka min sakhatik. (Ya Alllah, sesungguhnya aku berlindung kepada Ridha-Mu dari murkaMu).

Para ulama banyak membahas tentang ridha, apakah masuk katagori sunnah   atau wajib. Syaikhul Islam Ibnu Taimuyah rahimullah mengambil kesimpulan, bahwa hukum pokok ridha kepada taqdir adalah wajib, sebab orang yang tidak punya rasa ridha kepada Allah, agama dan syariat, dan hukum-hukumnya, maka dia sudah jelas dia bukan seorang muslim. Sedangkan kedudukannya yang tinggi adalah sunnah, yaitu termasuk amalan orang–orang didekatkan kepada Allah.


Untuk memantapkan diri sekaligus mengharapkan ridha Allah Swt, Rasulullah Saw sangat  menganjurkan untuk berdzikir, di dalam sebuah hadits dari Abu Salmah r.a khadim Nabi saw, marfu’, sesungguhnya ia berkata., “ Rasulullah Saw bersabda,” Barangsiapa membaca pada waktu pagi dan pada sore hari,   Radhitu billahirabba), wa bil islami dina(n) wa Muhammadin nabiyyaw wa rasulaa(n). (Aku ridha Allah sebagai Rab ku, dan Islam sebagai  agama-ku,  dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku) wajiblah Allah meridhai dia (HR Abu Dawud, Turmuzi, Nasai dan al Hakim)

Zikir ini adalah pernyataan sikap setiap muslim, perlu direnungkan dan diwujudkan. Renungan yang dapat diperpanjang seakan-akan la-utan tidak bertepi dan diwujudkan dalam amal setiap denjut jantung dn setiap hirupan nafas sampai nafas yang terakhir. Mari kita coba merenungan dalam kolom yang singkat  ini.


Ridha Allah mengandung arti ridha mencintaiNya semata, ridha menyembahnya semata, takut dan berharap kepadanya, merendahkan diri kepadanya, beriman kepada pengaturan dan menyukainya, bertawakkal dan meminta pertolongan kepadaNya, dan ridha kepada apa yang telah diperbuatnya, maka inilah yang dimaksud dengan ridha kepada Allah. Hal ini sesui dengan firman Allah Swt. “Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, “ (Qs At Taubah :59)

Ridha dengan Islam sebagai agama artinya apa saja yang di dalam Islam, baik berupa hukum perintah dan larangan, maka sesungguhnya kita meridhainya se-cara kseluruhan, tanpa ada rasa rasa keberatan barang sedikitpun dalam diri kita untuk menerimanya, melainkan kita pasrah mene-rima nya dengan hal tersebut de-ngan lengkap. Kita tetap tegar dengan prinsip ini meskipun harus bertentangan dengan kesenangan pribadi, meskipun sebagian besar manusia menyalahinya, meskipun kita dalam pengembaraan, dan mes-kipun kita banyak musuh karenanya.

Ridha kepada nabi Muhammad Saw sebagai nabi artinya kita harus beriman kepadanya, patuh kepadaNya, dan pasrah kepadanya, dan hendaknya beliau Saw harus kita  pentingkan daripada diri anda sendiri. Untuk itu seandainya beliau Saw masih ada, kemudian ada sebuah anak panah yang melesat mengarah padanya, kita wajib melindunginya meskipun mengorbankan nyawa kita sendiri. Kita rela mati membelanya. kita ridha dengan tuntunan dan sunnahnya. Jika ridha kepada sun-nahnya, berarti kita tidak mau me-rujuk kepada siapapun, kecuali hanya kepadanya dan tidak pula meminta keputusan hukum, kecuali hanya kepadanya.


Ridha kepada Allah, ridha kepada Islam dan ridha kepada Nabi Muhammad merupakan satu kesatu-an yang utuh. Tidaklah mungkin ridha kepada Allah tetapi tidak berislam dan bernabikan Muhammad seperti laiknya orang Nasrani. Begitu juga ridha dengan Islam tetapi tidak patuh Allah dan mengangkat nabi lain seperti kaum Ahmadiyah. Tidaklah mungkin ridha kepada Rasulullah tetapi masih meragukan perintah dan larangan Allah swt yang termuat di dalam Al Qur’an seperti pemahaman agama dilingkungan Intelektual yang tergabung Jaring-an Islam Liberal.



Buah Ridha.



Buah ridha itu cukup banyak  dan yang terpenting adalah :

1.      Ridha, gembira dan senang ke-pada Allah Swt seperti yang di-lakukan oleh nabi Saw bahwa be-liau adalah orang yang paling ri-dha, paling gembira dan paling se-nang dengan Tuhannya.

2.      Ridha akan menyelamatkan se-orang hamba dari kegundahan ke-cemasan, kesedihan, kekacauan hati, tertutupnya mata hati.

3.      Ridha akan membebaskan se-orang hamba dari dari sikap me-nentang Tuhannya dan semua pe-rintah, hukum dan keputusannya.

4.      Ridha sangat berguna sekali bagi seseorang hingga akan mem-buatnya tidak pernah putus asa terhadap keinginan yang luput darinya.

5.      Ridha membuat sesorang tidak pernah meragukan ketetapan Allah, takdir, hukum dan ilmu Nya, se-hingga akan membuatnya pasrah kepada Nya.

6.      Ridha dapat memusatkan dan menjernihkan hati sehingga pela-kunya dapat memanfaatkannya untuk beribadah lebih khusyu’.


Wallahu ‘alam bi shawwab

No comments:

Post a Comment